Mediocrity

Menjelang akhir tahun saya mau ikut-ikutan berkontemplasi. Merenung sejenak. Entah apa yang dipikirkan sebetulnya. Ah ada. Sebetulnya ada satu topik yang ingin saya bahas (dan entah apa hubungannya dengan kontemplasi akhir tahun).

Mediocrity. Saya tidak tahu terjemahan yang pas dari istilah ini. Mungkin terjemahannya adalah “cukup puas dengan pas-pasan”?

Banyak orang yang terlalu puas dengan “karyanya” yang pas-pasan. Yang disebut “karya” di sini bisa berbentuk tugas sekolah (kuliah), tugas akhir / thesis / disertasi, pekerjaan, sampai ke karya yang memang ingin kita buat tanpa disuruh oleh orang lain. Terlalu puas yang saya maksudkan itu adalah mengerjakan seadanya saja. Tidak ada upaya untuk membuatnya menjadi luar biasa. Excellent.

Tadi saya ke kedai kopi. Dari segi nama, sudah bagus tetapi dari dekorasi di dalamnya sebetulnya bisa ditambahkan lagi dengan foto / lukisan yang sesuai dengan namanya. Sayangnya ini tidak. (Padahal makanannya juga lumayan oke juga.) Entah mungkin karena sudah merasa puas atau karena tidak ada budget-nya, maka kesan yang ada adalah secukupnya. Padahal kita ke kedai kopi bukan hanya mencari kopinya tetapi juga mencari suasana dan experience-nya.

Lawan dari hal ini adalah perfectionist. Sayangnya, perfectionist juga tidak bagus karena menunggu sempurna seringkali karya tidak dihasilkan. Tidak ada yang sempurna. Karya harus tetap jadi.

Janganlah melakukan sesuatu hanya pas-pasan saja. Buatlah karya yang luar biasa!

Share this:

Like this:

Be the first to like this post.

Link to full article

Comments

Popular posts from this blog

Chọn thời điểm lý tưởng đi du lịch biển Phú Quốc

Biển Dốc Lết hãy còn sạch sẽ và vắng vẻ lắm

Thú vị nhà hàng cho người mê bắn súng ở Nhật Bản